Senin, 28 Januari 2013

Jual Kayu Gaharu

Jual Kayu Gaharu
Jual Kayu Gaharu Kami mempunyai Pengumpul dan Tim yang langsung masuk hutan. Saat ini Tim Kami tersebar di 4 Lokasi yaitu Kalimantan, Merauke dan Sorong Papua, Mamuju dan Poso Sulawesi, Nias dan Mentawai Sumatra.

Jika anda Berminat Menjadi Pembeli Kami, Silahkan Kontak kami di 0813 123 92 629

Minggu ke 4 bulan Januari 2013 stok kami :
  1.  Kelas Super Merauke Papua sebanyak 1 Kg ( SUDAH TERJUAL )
  2.  Kelas Super Mamuju Sulawesi sebanyak 1,5 kg
  3.  Kelas AB Papua 9 kg
  4.  Kelas AB Sulawesi 5 Kg ( SUDAH TERJUAL)
  5.  Kelas AB Kalimantan sebanyak 1 kg
Jika anda berminat dengan kayu gaharu kami, Silahkan kontak kami di 0813 123 92 629, Siapa Cepat dia Dapat.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jual Kayu Gaharu Hati merupakan organ terbesar dan secara metabolisme paling kompleks di dalam tubuh (Lu 1995). Organ hati terletak dalam rongga abdomen di bawah diafragma. Unsur struktural utama hati adalah sel-sel hati atau hepatosit. Sel-sel ini berkelompok dalam lempeng-lempeng yang saling berhubungan sedemikian rupa, membentuk bangunan yang disebut lobulus hati (Junqueira dan Carneiro 1997).
Dasar unit fungsional hati adalah lobulus hati. Lobulus hati terdiri dari banyak lempeng-lempeng sel hati. Diantara lempengan sel hati terdapat kapiler-kapiler yang dinamakan sinusoid, yang merupakan cabang dari vena porta dan arteria hepatika (Price dan Wilson 1994). Jual Kayu Gaharu Sinusoid vena dibatasi oleh dua jenis sel yaitu sel endotel dan sel kupffer besar yang merupakan sel retikuloendotel yang mampu memfagositosis bakteri dan benda asing lain dalam darah. Sel kupffer dapat memfagosit 99% bakteri dalam darah vena porta (Guyton dan Hall 1997). Sel kupffer mempunyai sifat sitologis yang nyata seperti vakuola yang jernih, lisosom dan REG yang terbesar diseluruh sitoplasma yang membedakan mereka dari sel-sel endotel (Junqueira dan Carneiro 1997).
Hati memiliki dua sumber suplai darah, dari saluran cerna dan limpa melalui vena porta dan dari aorta melalui vena hepatika. Vena porta membawa darah penuh makanan yang diserap dari usus dan organ tertentu, sedangkan arteria hepatika memberi darah pada sel-sel hati dengan darah bersih yang membawa oksigen. Cabang-cabang dari kedua pembuluh darah tersebut mengikuti jaringan ikat interlobularis didaerah portal (Dellmann dan Brown 1992). 
Gambar 1  Struktur dasar dari lobulus hati (Guyton dan Hall 1997)
Menurut Lu (1995) hepatosit (sel parenkim hati) merupakan sebagian besar organ yang bertanggungjawab terhadap peran sentral hati dalam metabolisme. Jual Kayu Gaharu Selain merupakan organ parenkim yang berukuran terbesar, hati juga menduduki urutan pertama dalam hal banyaknya kerumitan dan ragam dari fungsinya. Fungsi dari hati  ( Soemohardjo 1983, diacu dalam Kurniati 2007 )  dalam garis besarnya dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu :
1. fungsi vaskuler ; untuk menimbun dan melakukan filtrasi darah.
2. fungsi sekretorik dan ekskretorik ; mensekresi empedu dan mengekskresikannya ke dalam usus. Hati mengekskresi zat-zat yang berasal dari dalam sel hati misalnya bilirubin, kolesterol, garam empedu dan sebagainya ke dalam empedu. Di samping itu ke dalam empedu juga diekskresikan zat-zat yang berasal dari luar tubuh misalnya logam-logam berat, beberapa macam zat warna (termasuk BSP) dan sebagainya.
3. fungsi metabolik : untuk metabolisme dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan juga untuk memproduksi tenaga.
4. fungsi pertahanan tubuh : hati merupakan suatu alat tubuh tempat dilakukan detoksifikasi dari bahan-bahan beracun yang dilakukan dengan jalan konjugasi, reduksi, metilasi, asetilasi, oksidasi, dan hidroksilasi. Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim hati terhadap zat-zat beracun , baik yang masuk dari luar maupun yang dihasilkan oleh tubuh sendiri. Melalui proses detoksifikasi, zat berbahaya akan diubah menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif.
Jual Kayu Gaharu Hati merupakan tempat terjadinya biosintesis sebagian protein plasma darah (Lehninger 1991). Selain sintesis protein plasma, hati juga mensintesis berbagai macam enzim yang sebagian besar berbentuk protein diantaranya enzim aminotransferase  yaitu Aspartat Aminotransferase (AST) yang disebut SGOT dan Alanin Aminotransferase (ALT) yang juga disebut SGPT. Hati mempunyai kemampuan regenerasi yang mengagumkan. Kehilangan jaringan hati akibat kerja zat-zat toksik atau pembedahan memacu suatu mekanisme dimana sel-sel hati mulai membelah dan hal ini akan terus berlangsung sampai perbaikan massa jaringan semula tercapai. Pada tikus, hati dapat meregenerasi kehilangan 75% beratnya dalam satu bulan (Junqueira dan Carneiro 1997).
2. SGOT (Serum Glutamic Oxaloasetic Transaminase) dan SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase)
Adanya enzim-enzim pelaku detoksifikasi pada hati menyebabkan enzim-enzim tersebut dapat digunakan sebagai parameter kerusakan hati.  Jual Kayu Gaharu Dua macam enzim aminotransferase yang sering digunakan dalam diagnosis klinik  kerusakan sel hati adalah Aspartat Aminotransferase (AST) yang disebut SGOT (Serum Glutamic Oxaloasetic Transaminase) dan Alanin Aminotransferase (ALT) yang juga disebut SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase ) (Meyes et al. 1991). Transaminase atau aminotransferase adalah sekelompok enzim yang bekerja sebagai katalisator dalam proses pemindahan gugus amino dari suatu asam alfa amino kepada suatu asam alfa keto (Sadikin 2002). Transaminase termasuk enzim plasma non fungsional dengan tidak melakukan fungsi fisiologik di dalam darah. Kehadiran transaminase dalam plasma pada kadar di atas nilai normal memberi dugaan suatu peningkatan kecepatan kerusakan jaringan (Meyes et al. 1991). Peningkatan kadar SGOT dan SGPT akan terjadi jika adanya pelepasan enzim secara intraseluler kedalam darah yang disebabkan nekrosis sel-sel hati atau adanya kerusakan hati secara akut (Wibowo et al. 2008 ). Kadar normal SGOT tikus adalah 45,7 - 80,8 IU/L dan kadar normal SGPT tikus adalah 17,5 - 30,2 IU/L (Smith & Mangkoewidjojo 1988 ).

Gambar 2  Reaksi yang dikatalisis enzim transaminase (Lehninger 1993) Jual Kayu Gaharu
SGOT mengkatalis pemindahan gugus amino asam aspartat ke asam alfa ketoglutarat, membentuk asam glutamat dan oksaloasetat. Sedangkan SGPT mengkatalis pemindahan gugus amino alanin ke asam alfa ketoglutarat, membentuk asam piruvat dan asam glutamat  (Meyes et al. 1991). Selanjutnya asam piruvat mengalami dekarboksilasi oksidatif menjadi asetil-KoA. Asetil-KoA memasuki siklus krebs.  

Gambar 3  Siklus krebs (Meyes et al. 1991)
Asetil-KoA memberikan gugus asetilnya kepada senyawa 4-karbon oksaloasetat, untuk membentuk senyawa 6–karbon sitrat. Sitrat lalu diubah menjadi isositrat, yang juga merupakan molekul 6-karbon yang terdehidrogenasi dengan melepaskan CO2, menghasilkan senyawa 5-karbon α ketoglutarat. Molekul ini kehilangan CO2 dan akhirnya menghasilkan senyawa 4-karbon suksinat dan molekul CO2 yang kedua. Suksinat lalu diubah secara enzimatik dalam tiga tahap menjadi oksaloasetat berkarbon 4, yang akan memulai kembali siklus. Jual Kayu Gaharu Oksaloasetat dihasilkan kembali setelah satu kali siklus dan siap bereaksi dengan molekul asetil-KoA lain untuk memulai siklus yang kedua. Pada setiap siklus, satu gugus asetil masuk sebagai asetil-KoA dan dua molekul CO2 dilepaskan. Sebagai produk samping siklus, satu molekul ATP dibentuk dari ADP dan fosfat melalui GTP yang dihasilkan oleh reaksi sintetase suksinil-KoA (Lehninger 1993).
Jaringan hati mengandung lebih banyak SGPT daripada SGOT (Meyes et al. 1991). SGPT paling banyak ditemukan dalam hati, sehingga untuk mendeteksi penyakit hati, SGPT dianggap lebih spesifik dibanding SGOT. Selain itu kenaikan SGOT bisa bermakna kelainan non hepatik atau kelainan hati yang didominasi kerusakan mitokondria. Jual Kayu Gaharu Hal ini terjadi karena SGOT berada dalam sitosol dan mitokondria. Selain di hati, SGOT terdapat juga di jantung, otot rangka, otak dan ginjal. Peningkatan kedua enzim selular ini terjadi akibat pelepasan ke dalam serum ketika jaringan mengalami kerusakan. Pada kerusakan hati yang disebabkan oleh keracunan atau infeksi, kenaikan aktivitas SGOT dan SGPT dapat mencapai 20-100x harga batas normal tertinggi. Umumnya pada kerusakan hati yang menonjol ialah kenaikan aktivitas SGPT (Sadikin 2002).
3. Allethrin
Pyrethroid merupakan salah satu kelompok insektisida racun kelas menengah. Pyrethroid sintesis meliputi alletrin, resmethrin, d-phenothrin, dan tethrametrin (Anvita et al. 2006). Pyrethroid sintesis dapat menyebabkan karsinogen dan toksisitas pada kulit maupun organ reproduksi (WHO 2005). Pyrethroid dapat menginduksi terjadinya stres oksidatif dan berpengaruh pada beberapa organ, jaringan dan sel seperti : hati, otak, ginjal dan eritrosit (Abdollahi et al. 2004). Pyrethroid diduga campuran dengan piperonyl butoxide , yang dapat mempertinggi efek dari bahan aktif tersebut (Frederick 2005). 
Allethrin adalah zat aktif yang merupakan senyawa turunan dari pyrethroid yang terdapat dalam racun anti nyamuk. Zat ini digunakan secara komersial pada racun pembunuh nyamuk yang memiliki resiko dapat menyebabkan histopatologi organ-organ vital (Anvita  et al. 2006).  
Allethrin diekstrak dari bunga chrysanthemum.Allethrin memiliki nama kimia 3-allyl-2-methyl-4-oxo-cyclopent-2-enyl-(1R)-cis,trans-chrysanthemate (WHO 2002). Allethrin dapat masuk dalam tubuh melalui 3 cara : termakan atau terminum lewat makanan yang tercemar, terserap melalui kulit dan dihirup dalam bentuk gas/ uap. Toksisitas allethrin dalam tubuh dapat menyebabkan efek kronik meliputi kanker, dan efek pada reproduksi (EPA 2007).

.
Gambar 4  Struktur kimia allethrin (Miyamoto 1976) Jual Kayu Gaharu
Allethrin dalam anti nyamuk elektrik akan masuk melalui inhalasi kemudian di dalam paru-paru akan diikat oleh membran alveolus. Adanya pertukaran gas dalam paru-paru, allethrin akan diikat oleh darah dan diedarkan ke seluruh sel tubuh terutama di jaringan adiposa, hati, ginjal dan sistem saraf. Pyrethroid lebih hidrofobik daripada insektisida kelas lainnya dan ciri ini mengindikasikan bahwa pyrethroid melakukan aksi pengikatan pada membran sel (Atessahin 2005). Metabolisme pyrethroid melalui oksidasi, hidrolisis dan konjugasi, tergantung struktur kimia masing - masing. Jalur oksidasi pada metabolisme dengan mengoksidasi kelompok trans-methyl menjadi kelompok carboxyl pada isobutenyl moiety chrysanthemic acid (Katsuda 1982). 
Pyrethroid akan mengalami metabolisme dengan dihidrolisis dan melibatkan sitokrom P-450 pada hati (WHO 2005). Pyrethroid dapat menyebabkan kerusakan dan toksisitas pada sistem saraf dan hati (EPA 2007). Pyrethroid menyebabkan penghambatan enzim mikrosom sel hati melalui persaingan ditempat pengikatan sitokrom P-450. Adanya penghambatan enzim mikrosom pada sel hati, dapat merusak salah satu jalan detoksifikasi dasar tubuh pada metabolisme endogen dan eksogen. Sehingga berpotensi menghasilkan efek toksik (Tomei et al. 1998).
Pyrethroid mempunyai efek pada hati, menyebabkan penghambatan komunikasi intersel, penurunan kadar glutation pada sel hati, penghambatan respirasi pada mitokondria, menyebabkan peroksidasi lipid mikrosom pada sel hati (Tomei et al. 1998). Jual Kayu Gaharu Recknagel et al (1982), diacu dalam Lu (1995) mengemukakan bahwa peroksidasi lipid mikrosom menyebabkan penekanan pada pompa Ca2+ mikrosom yang mengakibatkan gangguan awal homeostasis Ca2+ sel hati. Sehingga dapat menyebabkan kematian sel. 
    4. Antioksidan
Antioksidan merupakan zat yang dapat menetralkan radikal bebas (Hariyatmi 2004). Radikal bebas adalah suatu atom, gugus atom atau molekul yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbital paling luar (Gitawati 1995). Radikal bebas sangat diperlukan bagi kelangsungan beberapa proses fisiologis dalam tubuh, terutama untuk transportasi elektron. Namun, radikal bebas yang berlebihan dapat membahayakan tubuh (Wresdiyati et al. 2007). Kerusakan sel akibat molekul radikal bebas dapat terjadi bila kemampuan mekanisme pertahanan tubuh sudah dilampaui atau menurun. Radikal bebas bersifat sangat reaktif, dapat menimbulkan perubahan kimiawi dan merusak berbagai komponen sel hidup seperti protein, gugus tiol non-protein, lipid, karbohidrat, nukleotida (Gitawati 1995). Jual Kayu Gaharu  Mekanisme penyerangan radikal bebas dengan menginduksi peroksidasi  pada  asam  lemak  yang  memiliki  beberapa  ikatan  rangkap  pada membran  sel  lipid  bilayer  yang  menyebabkan  reaksi  berantai  peroksidasi  lipid sehingga terjadi kerusakan pada membran sel, oksidasi pada lipid membran dan protein, yang menyebabkan kerusakan pada bagian-bagian dari sel termasuk DNA. Peroksidasi lipid merupakan suatu rantai reaksi yang tidak putus-putusnya menghasilkan radikal bebas (Lautan 1997). Sebagai penangkal radikal bebas adalah antioksidan (Hariyatmi 2004).
Vitamin C merupakan antioksidan paling penting yang bekerja dalam cairan ekstraseluler karena vitamin ini mempunyai kelarutan yang tinggi dalam air. Vitamin C mampu berperan sebagai scavenger radikal bebas dan dapat bereaksi dengan anion superoksida, radikal hidroksil dan peroksida lipid. Vitamin C mampu menghambat pembentukan radikal superoksida, radikal hidroksil, radikal peroksil, oksigen singlet dan hidrogen peroksida. Vitamin C juga mampu mempertahankan aktivitas enzim glutamat piruvat transaminase. Oleh karena vitamin C mampu menghambat radikal bebas maka peran vitamin C menjadi sangat penting dalam menjaga integritas membran sel. Selain itu, vitamin C juga dapat bekerja secara sinergis dengan vitamin E, yakni dalam hal meregenerasi vitamin E (Suhartono et al. 2007). 


Gambar 5  Struktur kimia vitamin C (Guyton dan Hall 1997)  Jual Kayu Gaharu
Vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak yang terdiri dari campuran dan substansi tokoferol (a, b, g, dan d) dan tokotrienol (a, b, g, dan d). Vitamin E merupakan pemutus rantai peroksida lemak pada membran dan Low Density Lipoprotein (LDL). Menurut Dutta –Roy (1994), diacu dalam Hariyatmi (2004) vitamin E yang larut dalam lemak ini merupakan antioksidan yang melindungi polyunsaturated fatty acid’s (PUFAs) dan komponen sel serta membran sel dari oksidasi oleh radikal bebas.
Jual Kayu Gaharu Vitamin E mengendalikan peroksida lemak dengan menyumbangkan hidrogen ke dalam reaksi, menyekat aktivitas tambahan yang dilakukan oleh peroksida, sehingga memutus reaksi berantai dan bersifat membatasi kerusakan (Krishnamurthy 1983 ; Watson dan Leonard 1986, diacu dalam Hariyatmi 2004).Vitamin E mampu mempertahankan aktivitas enzim glutamat piruvat transaminase tikus yang diradiasi UV (Suhartono et al. 2007).

Gambar 6  Struktur kimia vitamin E (Guyton dan Hall 1997)
Aktivitas vitamin E sebagai antioksidan ditentukan oleh kemampuannya dalam menyumbangkan elektron kepada radikal lipid. Dua mekanisme yang terjadi berkaitan dengan efek antioksidan terhadap peroksida lipid adalah antioksidan pemutus rantai reaksi dan antioksidan preventif. Antioksidan preventif menghambat tahap inisiasi pembentukan, sedangkan antioksidan pemutus rantai reaksi dapat bereaksi dengan rantai peroksil dan radikal alkoksil, sehingga akan menginbibisi pembentukan, isomerasi, dan dekomposisi hidroperoksida.

ROO + TocOH > ROOH + TocO Jual Kayu Gaharu
ROO + TocO > ROOH + produk non radikal bebas.
Reaksi diatas menunjukkan aktivitas vitamin E (TocOH) terhadap radikal peroksil (Lautan 1997).
    5. Hubungan antara allethrin, SGOT & SGPT, vitamin C dan vitamin E
Allethrin merupakan salah satu golongan pyrethroid sintesis. Pyrethroid mengalami metabolisme dengan dihidrolisis dan melibatkan sitokrom P-450 pada hati (WHO 2005).  Pyrethroid menyebabkan penghambatan enzim mikrosom sel hati melalui persaingan ditempat pengikatan sitokrom P-450. Adanya penghambatan enzim mikrosom pada sel hati, dapat merusak salah satu jalan detoksifikasi, sehingga berpotensi menghasilkan efek toksik. Menurut Miyamoto (1976) pyrethroid I atau allethrin terdiri dari metabolit minor dan metabolit mayor. Metabolit minor yaitu chrysanthemumic acid dan allethrolone, sedangkan metabolit mayor adalah yang dioksidasi pada kelompok metil pada acid moety atau pada kelompok allyl pada allethrolone alcohol. Metabolit allethrin potensial toksik dan bersifat radikal bebas. Jual Kayu Gaharu Adanya akumulasi metabolit – metabolit dalam tubuh akan menyebabkan oxidative stress. Oxidative stress adalah kondisi gangguan keseimbangan antara produksi radikal bebas dan antioksidan yang berpotensi menimbulkan kerusakan. Produksi radikal bebas yang tidak seimbang, akan menyebabkan kerusakan makromolekul termasuk protein, lipid dan DNA (Atessahin et al. 2005). Perusakan sel oleh radikal bebas reaktif didahului oleh kerusakan membran sel antara lain mengubah fluiditas, struktur dan fungsi membran sel. Adanya ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas (senyawa oksigen reaktif) dengan kemampuan pertukaran antioksidan akan menimbulkan oxidative stress, yang dapat menimbulkan kerusakan sel termasuk sel hati sehingga terjadi peningkatan kadar SGOT dan SGPT (Jawi et al. 2007). Peningkatan kadar SGOT dan SGPT akan terjadi jika adanya pelepasan enzim secara intraseluler kedalam darah yang disebabkan nekrosis sel-sel hati atau adanya kerusakan hati secara akut (Wibowo et al. 2008 ).
Vitamin E merupakan antioksidan pemutus rantai reaksi dan antioksidan preventif. Antioksidan preventif menghambat tahap inisiasi pembentukan, sedangkan antioksidan pemutus rantai reaksi dapat bereaksi dengan rantai peroksil dan radikal alkoksil, sehingga akan menginbibisi pembentukan, isomerasi, dan dekomposisi hidroperoksida. Vitamin C merupakan antioksidan kuat yang mampu berperan sebagai scavenger radikal bebas dan dapat bereaksi dengan anion superoksida, radikal hidroksil dan peroksida lipid. Jual Kayu Gaharu Vitamin C mampu menghambat pembentukan radikal superoksida, radikal hidroksil, radikal peroksil, oksigen singlet dan hidrogen peroksida. Senyawa antioksidan akan menyerahkan satu atau lebih elektronnya kepada radikal bebas sehingga dapat menghentikan kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas (Praptiwi 2006). Apabila tidak terjadi kerusakan sel, maka kadar SGOT dan SGPT dalam darah kembali normal. Untuk memperjelas mekanisme tersebut, dapat dilihat pada Gambar 7.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar